KERANGKA
PIKIR
PROGRAM
PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN
IDENTIFIKASI
Pembangunan pertanian
di Indonesia di anggap penting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi
sejak sektor pertanian menjadi penyelamat perekonomian nasional karena
pertumbuhannya meningkat, mentara sektor lain pertumbuhannya menurun. Beberapa
alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia:
1.
Potensi sumber daya yang besar dan
beragam
2.
Pangsa terhadap pendapatn nasional cukup
besar
3.
Besarnya penduduk yang menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian
4.
Menjadi basis pertumbuhan pedesaan
Program pembangunan
nasional diorientasikan pada masalah penanggulangan kemiskinan. Tenaga kerja
pedesaan, ketahanan pangan, pemberdayaan pengusaha kecil menengah dan koperasi.
Pembangunan di bidang pertanian diarahkan pada peningkatan produktivitas pangan
yang meliputi padi, palawija dan holtikultura yang dilakukan melalui
intensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi. Pada dasarnya
pembangunan pertanian adalah merupakan bagian dari pembangunan ekonomi, yaitu
suatu proses kegiatan manusia untuk meningkatkan pendapatan dan kersejahteraan
petani.
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2010 jumlah penduduka miskin
tercatat 31.02 juta jiwa ( 13,33%), turun 1,51 juta dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 32,53 juta jiwa (15,15%). Sekitar
64,23% dari jumlah tersebut berada pada daerah pedesaan dengan mata pencaharian
utama di sektor pertanian. Kemiskinan di daerah pedesaan menjadi masalah pokok
nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas
utama dalam pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara
langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin.
Untuk mengatasi masalah
kemiskinan, maka perlu adanya grand strategi pembangunan pertanian melalui
pemberdayaan petani kecil. Melalui konsep tersebut, maka diharapkan mampu
menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi sumber
pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam hal pencapaian
sasaran :
a.
Mensejahterakan petani
b.
Menyediakan pangan
c.
Sebagai wahana pemerataan pembangunan
untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan
antar wilayah
d.
Merupakan pasar input bagi pengembangan
agroindustri
e.
Menghasilkan devisa
f.
Menyediakan lapangan pekerjaan
g.
Peningkatan pendapatan nasional, dan
h.
Tetap mempertahankan kelestarian
sumberdaya
Pertanian merupakan
sektor potensial di Kabupaten Barito Kuala, dengan luas sawah pasang surut
mencapai 101.424 Ha. Dari luas sawah tersebut, memberikan hasil 317.605 ton
gabah kering giling di Tahun 2009. Hal ini menjadikan Kabupaten Barito Kuala
sebagai penghasil beras terbesar di Kalimantan Selatan yang mampu menyumbang
kurang lebih 16,23 % dari total produksi Kalimantan Selatan.
Tabel
Data Produksi
Padi Kabupaten Barito Kuala
Variabel
|
Kab.
Barito Kuala
|
2011
|
|
Hasil Panen Padi Ladang Per Ha (Kw)
|
0
|
Hasil Panen Padi Per Ha (Kw)
|
37.21
|
Hasil Panen Padi Sawah Per Ha (Kw)
|
37.21
|
Luas Panen Padi (Ha)
|
92152
|
Luas Panen Padi Ladang (Ha)
|
0
|
Luas Panen Padi Sawah (Ha)
|
92152
|
Produksi Padi (Ton)
|
342869
|
Produksi Padi Ladang (Ton)
|
0
|
Produksi Padi Sawah (Ton)
|
342869
|
Sumber: BPS
Kalsel
Potensi dominan wilayah
Kabupaten Barito Kuala adalah bidang pertanian secara luas, sehingga seluruh
perlakuan pembangunan lebih difokuskan untuk mendukung optimasi produksi bidang
pembangunan tersebut. Seiring dengan tuntutan kebutuhan hidup dan kehidupan
masyarakat, baik yang dipengaruhi faktor internal wilayah maupun yang
dipengaruhi faktor eksternal wilayah seperti komunikasi, dan interaksi
masyarakat menuju globalisasi, proses dan hasil-hasil pembangunan telah
bergeser seiring dengan dinamika kehidupan tersebut.
Bidang pertanian
meskipun tetap mendominasi struktur ekonomi wilayah Kabupaten Barito Kuala,
akan tetapi perkembangannya tidak terlalu signifikan dan justru bidang-bidang
lainnya, walaupun kecil menunjukkan perubahan positif.
a)
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2010 sebesar 3,85
persen terhadap tahun sebelumnya
Tabel
Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Barito Kuala Menurut Sektor
Tahun 2006 – 2010
No
|
Lapangan Usaha
|
Tahun
|
||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009*)
|
2010**)
|
||
Sektor Primer
|
||||||
1
|
Pertanian
|
2,68
|
4,38
|
1,50
|
4,17
|
5,36
|
2
|
Pertambangan & Penggalian
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sektor Sekunder
|
||||||
3
|
Industri Pengolahan
|
-29,42
|
-13,45
|
-10,99
|
-4,17
|
-3,69
|
4
|
Listrik, Gas & Air Bersih
|
6,19
|
10,13
|
10,41
|
5,20
|
7,55
|
5
|
Bangunan
|
32,33
|
17,13
|
18,08
|
8,59
|
6,26
|
Sektor Tersier
|
||||||
6
|
Perdag., Hotel & Restoran
|
14,33
|
17,07
|
11,13
|
7,81
|
8,85
|
7
|
Pengangkutan & Komunikasi
|
-8,56
|
-1,24
|
0,29
|
-0,87
|
-0,36
|
8
|
Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan
|
3,01
|
14,20
|
13,37
|
8,51
|
10,58
|
9
|
Jasa-jasa
|
1,79
|
5,05
|
7,70
|
5,13
|
6,88
|
PDRB
|
-3,32
|
0,34
|
0,96
|
2,92
|
3,85
|
|
TOTAL PDRB TANPA IBS
|
5,67
|
8,41
|
6,54
|
5,69
|
6,51
|
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala Dan Data Pokok Kabupaten Barito
Kuala
Keterangan : *)
merupakan angka diperbaiki
**) merupakan angka sangat sementara
IBS = Industri Besar Sedang
Tabel
Laju Pertumbuhan PDRB (Rp
Juta) Kabupaten Barito Kuala Tahun 2005 -
2010
No
|
Tahun
|
PDRB dengan IBS
|
PDRB tanpa IBS
|
||
Berlaku
|
Konstan
|
Berlaku
|
Konstan
|
||
1
|
2005
|
2.792.751
|
2.010.148
|
1.501.672
|
1.085.161
|
2
|
2006
|
2.704.233
|
1.805.509
|
1.760.144
|
1.159.367
|
3
|
2007
|
2.837.032,22
|
1.811.671,29
|
1.962.224,37
|
1.234.750,45
|
4
|
2008
|
3.033.436,61
|
1.829.055,09
|
2.211.322,10
|
1.315.551,25
|
5
|
2009*)
|
3.264.825,84
|
1.882.482,94
|
2.472.047,02
|
1.390.376,33
|
6
|
2010**)
|
3.703.131,69
|
1.954.890,96
|
2.920.494,93
|
1.480.928,95
|
Sumber : BPS Kabupaten
Barito Kuala Tahun 2011
Keterangan
: *) merupakan angka diperbaiki
**) merupakan angka sangat sementara
IBS =
Industri Besar Sedang
b)
Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Pencari kerja yang terdaftar di
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2010
sebesar 2.439 dengan perincian sbb: untuk yang tidak tamat SD 4 orang,
berpendidikan SD 70 orang, SMP 265 orang, SMA 1.082 orang, Sarjana Muda 309 dan
pendidikan sarjana 709 orang.
Tabel
Jumlah Pencari Kerja
Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Barito Kuala
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah Pencari
Kerja (orang)
|
||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|
Tidak Tamat SD
|
-
|
11
|
18
|
4
|
|
SD
|
127
|
52
|
37
|
57
|
70
|
SLTP
|
944
|
531
|
341
|
216
|
265
|
SLTA
|
879
|
955
|
693
|
816
|
1.082
|
Diploma
|
59
|
433
|
417
|
404
|
309
|
S1
|
113
|
866
|
941
|
552
|
709
|
S2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
2.122
|
2.837
|
2.438
|
2.063
|
2.439
|
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala Tahun 2006 - 2011,
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Barito Kuala
c)
Sektor Ekonomi Dominan
Struktur perekonomian menunjukkan
besarnya kontribusi masing-masing sektor ekonomi di suatu daerah. Pergeseran
struktur perekonomian menarik untuk diamati, dengan melihat seberapa jauh
program dan sasaran yang telah dicapai pada satu tahun tertentu.
Dengan mengamati struktur
perekonomian dapat dilihat seberapa besar kebijakan yang telah dilakukan tepat
sasaran. Dengan kata lain, analisis ini penting karena dapat digunakan sebagai
ukuran kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu daerah.
Adanya perbedaan sifat dan
permasalahan masing-masing sektor mengakibatkan berbedanya respon yang terlihat
dari laju pertumbuhan ekonomi setiap sektor dalam upaya pembangunan.
Sektor-sektor yang mengalami laju pertumbuhan di atas laju pertumbuhan
rata-rata, yaitu laju pertumbuhan PDRB, akan meningkatkan kontribusi sektor
tersebut dalam pembentukan PDRB, demikian pula sebaliknya.
Tabel
Struktur Perekonomian
Kabupaten Barito Kuala Tahun 2006 – 2010
No
|
Lapangan Usaha
|
Tahun
|
||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009*)
|
2010**)
|
||
Sektor Primer
|
||||||
1
|
Pertanian
|
32,60
|
31,70
|
32,28
|
34,45
|
|
2
|
Pertambangan &
Penggalian
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
Sektor Sekunder
|
||||||
3
|
Industri Pengolahan
|
30,84
|
27,10
|
24,28
|
21,13
|
|
4
|
Listrik, Gas & Air
Bersih
|
0,14
|
0,15
|
0,16
|
0,16
|
|
5
|
Bangunan
|
9,82
|
11,21
|
12,32
|
12,89
|
|
Sektor Tersier
|
||||||
6
|
Perdag., Hotel &
Restoran
|
12,90
|
14,19
|
14,63
|
14,66
|
|
7
|
Pengangkutan &
Komunikasi
|
2,02
|
1,93
|
1,88
|
1,78
|
|
8
|
Keu., Persewaan &
Jasa Perusahaan
|
3,68
|
4,15
|
4,67
|
4,80
|
|
9
|
Jasa-jasa
|
8,00
|
9,57
|
9,79
|
10,12
|
|
PDRB
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
100,00
|
||
TOTAL PDRB TANPA IBS
|
69,16
|
72,90
|
81,49
|
96,28
|
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala Dan Data Pokok Kabupaten Barito
Kuala
Keterangan :
*) merupakan angka diperbaiki
**) merupakan angka sangat sementara
Struktur perekonomian daerah
Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2006-2010 masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi rata-rata sebesar
34,45
persen. Sektor Sekunder yang meliputi
sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih serta Sektor
Bangunan pada tahun 2006-2010 memberikan kontribusi rata-rata sebesar 34,18 persen. Sementara Sektor Tersier
pada tahun tersebut memberikan kontribusi sebesar 31,37 persen.
Berdasarkan data diketahui bahwa
dominasi sektor pertanian sangat besar dalam perekonomian di Kabupaten Barito
Kuala. Masalah lain terkait dengan perekonomian Kabupaten Barito Kuala adalah
masalah kemiskinan, yang umumnya berasal dari masyarakat pedesaan dengan mata
pencaharian sebagai petani.
Tabel
Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kemiskinan Kabupaten Barito Kuala Tahun 2010
No
|
Kecamatan
|
Jumlah Penduduk
Berdasarkan Kemiskinan ( KK )
|
|||||
Pra KS
|
KS 1
|
KS 2
|
KS 3
|
KS 3+
|
Jumlah KK
|
||
1
|
Tabunganen
|
117
|
1415
|
3708
|
884
|
90
|
6214
|
2
|
Tamban
|
1016
|
1829
|
4022
|
1659
|
580
|
9106
|
3
|
Mekarsari
|
238
|
1608
|
2108
|
705
|
95
|
4754
|
4
|
Anjir Pasar
|
211
|
1319
|
2613
|
460
|
7
|
4610
|
5
|
Anjir Muara
|
21
|
1547
|
3005
|
985
|
3
|
5561
|
6
|
Alalak
|
938
|
2688
|
5334
|
3543
|
307
|
12810
|
7
|
Mandastana
|
835
|
2553
|
795
|
131
|
2
|
4316
|
8
|
Belawang
|
384
|
1693
|
1572
|
338
|
11
|
3998
|
9
|
Wanaraya
|
1332
|
1124
|
788
|
716
|
83
|
4043
|
10
|
Barambai
|
546
|
1112
|
1798
|
771
|
41
|
4268
|
11
|
Rantau Badauh
|
276
|
965
|
1736
|
953
|
130
|
4060
|
12
|
Cerbon
|
158
|
799
|
1426
|
189
|
23
|
2595
|
13
|
Bakumpai
|
170
|
932
|
1362
|
304
|
18
|
2786
|
14
|
Marabahan
|
232
|
900
|
2507
|
1214
|
238
|
5091
|
15
|
Tabukan
|
444
|
1174
|
713
|
129
|
12
|
2472
|
16
|
Kuripan
|
109
|
368
|
939
|
190
|
134
|
1740
|
17
|
Jejangkit
|
470
|
553
|
867
|
66
|
28
|
1984
|
Jumlah
|
7497
|
22579
|
35293
|
13237
|
1802
|
80408
|
Sumber : Badan
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
Kabupaten Barito Kuala
Barito
Kuala memang merupakan daerah pengasil beras terbesar di Kalimantan Selatan,
namun yang memprihatinkan adalah bahwa berdasarkan data Penduduk miskin
terbanyak terdapat di Kabupaten Barito Kuala.
Tabel
Kelurahan/Desa
tertinggal menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan
No
|
Kabupaten/Kota
|
Jumlah
|
Tahun 2010
|
Keterangan
|
||
Maju
|
Tertinggal
|
Maju
|
Tertinggal
|
|||
1
|
Barito
Kuala
|
83
|
115
|
99
|
101
|
|
2
|
Banjarmasi
|
41
|
9
|
50
|
-
|
|
3
|
Banjarbaru
|
19
|
1
|
20
|
-
|
|
4
|
Tanah Laut
|
79
|
55
|
85
|
50
|
|
5
|
Kotabaru
|
103
|
94
|
102
|
99
|
|
6
|
Banjar
|
166
|
139
|
165
|
125
|
|
7
|
Tapin
|
84
|
46
|
101
|
31
|
|
8
|
Hulu
Sungai Selatan
|
80
|
74
|
68
|
80
|
|
9
|
Hulu
Sungai Tengah
|
111
|
58
|
114
|
55
|
|
10
|
Hulu
Sungai Utara
|
138
|
81
|
132
|
87
|
|
11
|
Balangan
|
114
|
46
|
152
|
8
|
|
12
|
Tanah
Bumbu
|
50
|
85
|
110
|
25
|
|
13
|
Tabalong
|
106
|
25
|
120
|
10
|
|
Jumlah
|
1174
|
828
|
1318
|
671
|
Melihat
data tersebut maka timbul suatu pertanyaan besar mengapa daerah Kabupaten
Barito Kuala yang sebagai penghasil Padi terbesar di Kalimantan Selatan
ternyata memiliki jumlah desa tertinggal terbanyak di Kalimantan Selatan. Ini
berarti ada hal yang salah dalam sektor pertanian di Kabupaten Barito Kuala,
sehingga tingkat kemiskinan masyarakat masih tinggi.
Sehingga
berdasarkan identifikasi masalah pedesaan di Kabupaten Barito Kuala akan
disusun program-program untuk mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan
sektor pertanian.
PENYUSUNAN
INDIKATOR
1. Infrastruktur
Dalam indikator
infrastruktur yang harus diperhatikan dalam pengembangan pertanian yaitu:
a.
Pengembangan pusat pertumbuhan
b.
Pengembangan sistem transportasi
c.
Pengembangan fasilitas kesehatan
d.
Pengembangan fasilitas peribadatan
e.
Pengembangan fasilitas perdagangan dan
jasa
f.
Pengembangan fasilitas pendidikan
g.
Pengembangan fasilitas pemerintah dan
pelayanan umum
h.
Pengembangan fasilitas prasarana
pendukung
Pengembangan
infrasruktur utamanya yang diperhatikan adalah masalah fasilitas jalan dan
fasilitas perdagangan dan jasa (misalnya seperti pasar). Karena kendala utama
pengembangan pertanian di Kabupten Barito Kuala adalah akses jalan yang sulit
(jalan rusak, belum diaspal, dsb) dan keterbatasan tempat untuk memasarkan
hasil pertanian (pasar, konsumen).
Tabel
Panjang Jalan
Negara dan Provinsi Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan
Kabupaten /
Kota
|
Negara
|
Propinsi
|
Jumlah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
Kabupaten/Regency
|
|||
Tanah Laut
|
120,49
|
82,18
|
202,67
|
Kotabaru
|
0,00
|
131,04
|
131,04
|
Banjar
|
69,49
|
81,51
|
151,00
|
Barito
Kuala
|
61,61
|
72,30
|
133,91
|
Tapin
|
68,89
|
43,21
|
112,10
|
Hulu Sungai Selatan
|
17,49
|
159,23
|
176,72
|
Hulu Sungai Tengah
|
56,00
|
11,66
|
67,66
|
Hulu
Sungai Utara
|
37,33
|
27,94
|
65,27
|
Tabalong
|
64,90
|
54,27
|
119,17
|
Tanah
Bumbu
|
283,54
|
185,55
|
469,09
|
Balangan
|
20,32
|
60,48
|
80,80
|
Kota/Municipality
|
|||
Banjarmasin
|
42,41
|
0,00
|
42,41
|
Banjarbaru
|
21,60
|
44,86
|
66,46
|
Kalimantan Selatan
|
864,07
|
954,23
|
1 818,30
|
Sumber: BPS
Kalsel
2. Pembangunan Pertanian
Pertanian merupakan
sektor utama dari Kabupaten Barito Kuala, hal terlihat dari visi Kabupaten
Barito Kuala yaitu “Terwujudnya Kabupaten
Barito Kuala Sebagai Sentra Produksi Pertanian Yang Maju Dan Berdaya Saing
Tinggi Menuju Terciptanya Kemandirian Daerah”.
Hal ini menyebabkan
pemerintah Kabupaten Barito Kuala menaruh perhatian yang sangat besar dalam
bidang pertanian melalui misinya yaitu percepatan pembangunan infrastruktur
perdesaan yang komprehensif dan terpadu. Pembangunan pertanian yang dicanangkan
antara lain pemberian bantuan modal, penyuluhan, pelatihan serta pengembangan
infrastruktur disektor pertanian dan lain sebagainya.
Selain itu pemerintah
pusat juga mencanangkan program-program yang bertujuan untuk men ingkatkan
sektor pertanian bangsa, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Salah
satu upaya penanggulangan kemiskinan yang diharapkan dapat menjadi salah satu
solusi yang lebih baik adalah melalui Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan (BLM-PUAP) yang merupakan program Departemen
Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan
kesenjangan antar wilayah dan sektor.
Tujuan digulirkannya
PUAP adalah untuk menumbuhkembangkan kegiatan usaha agribisnis di pedesaan
sesuai dengan potensi wilayah, melalui koordinasi Gapatokan sebagai organisasi
petani.
Meningkatkan fungsi Gapoktan sebagai lembaga
ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dan akses pasar.
Meningkatkan kinerja program departemen Pertanian yang ada utamanya dalam
memfasilitasi akses permodalan petani untuk mendukung usaha agribisnis pedesaan
dan serta mengurangi kemiskinan dan pengangguran pedesaan.
Tabel
Distribusi
Dana BLM-PUAP di Kabupaten Barito Kuala Tahun Anggaran 2008
No
|
Kecamatan
|
Jumlah Gapoktan
|
1.
|
Tabukan
|
5 Unit
|
2.
|
Cerbon
|
2 Unit
|
3.
|
Bakumpai
|
2 Unit
|
4.
|
Barambai
|
2 Unit
|
5.
|
Rantau Badauh
|
2 Unit
|
6.
|
Belawang
|
1 Unit
|
7.
|
Mandastana
|
10 Unit
|
8.
|
Alalak
|
9 Unit
|
9.
|
Jejangkit
|
2 Unit
|
Jumlah
|
35 Unit
|
Sumber
: Badan Ketahanan Pangan Kab. Barito Kuala, 2010
3. Tingkat Industrialisasi
Pada daerah pedesaan
tingkat industrialisasi umumnya masih rendah, sama halnya dengan pedesaan di
Kabupaten Barito Kuala. Sektor yang mendominasi adalah sektor primer berupa
pertanian, Industrialisasi sebaiknya diarahkan kepada industri pertanian
sehingga mampu mendorong sektor pertanian dengan meningkatkan pendapatan
masyarakat.
4. Tingkat Rawan Bencana
Tingkat rawan bencana
di daerah Kalimantan dapat dikatakan lebih rendah dibandingkan dengan daerah
lainnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan kondisi geografis Kalimantan yang
tidak dikelilingi oleh samudra / lautan lepas serta tidak terletak pada jalur
gunung berapi sehingga potensi terjadinya gempa bumi sangat kecil sekali.
Bencana alam yang sering
terjadi di Kalimantan Selatan yaitu banjir, kebakaran hutan, longsor, angin
puting beling dan kekeringan. Bencana yang paling sering terjadi dan menelan
kegurian yang besar yaitu banjir. Di tahun 2009 menurut data dari Dinsos Kalsel
sudah terjadi 21 kali banjir dan ada sekitar lebih dari 15.000 hektar
persawahan yang terendam banjir.
Tercatat 11 dari 13
kabupaten/kota di Kalsel merupakan daerah langganan banjir dan tanah longsor
setiap tahunnya. Daerah tersebut meliputi Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu
Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Barito Kuala, Tanah Laut, dan
Kotabaru. Kabupaten Hulu Sungai Utara, Banjar, dan Tanah Bumbu merupakan daerah
paling rawan terhadap ancaman bencana ini. Menurut catatan Dinas Kessos Kalsel,
sepanjang 2009, korban bencana alam ini mencapai 19.366 keluarga dengan
taksiran kerugian Rp3 miliar lebih.
Dilihat
dari sektor pertanian, bencana banjir ini sangatlah merugikan. Puluhan hektar
sawah gagal panen akibat bencana ini. Oleh sebab itu pemerintah membuat suatu
badan penanggulangan bencana guna mengantisipasi dan menghadapi apabila terjadi
bencana.
5. Kelembagaan dan Modal Sosial
Dalam manajemen usaha
tani terdapat fungsi-fungsi manajemen dan beberapa fungsi yang paling menonjol
yaitu fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (organizing0,
fungsi penetapan personalia (staffing), fungsi pengarahan (directing) dan
fungsi pengawasan/pengendalian (controlling).
Hanya saja, mengingat
sifat usaha tani yang pada umumnya merupakan usaha keluarga, maka boleh
dikatakan diantara beberapa fungsi manajemen tersebut hanya fungsi perencanaan
dan pengorganisasian saja yang lebih oprasional dilakukan oleh petani.
Petani sebagai manajer
usaha tani menjalankan fungsi-fungsi manajemen usaha tani, sehingga membuat
proses produksi usaha tani berjalan menuju kearah usaha agar hasil-hasil usaha
tani kearah tujuan usaha tani.
Di kabupaten Barito
Kuala, dana BLM-PUAP tahun anggran 2008 dikelola oleh Gapoktan, dimana bantuan
dana tersebut langsung masuk ke nomor rekening masing-masing Gapoktan sesuai
Rencana Usaha Bersama (RUB) yang disusun berdasarkan Rencana Usaha Kelompok
(RUK) dan Rencana Usaha Anggota (RUA).
Bantuan ini umumnya
digunakan untuk tambahan modal usaha tani anggota dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan. Selanjutnya, penyaluran bantuan dana, sehingga ada
Gapoktan yang telah membentuk LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis) yang
menjalankan simpan pinjam dengan pembukuan manual dan sistem adminisrasi yang
sederhana. Sebagian besar penyaluran bantuan oleh Gapoktan berupa pinjaman dana
dan beberapa Gapoktan lain menyediakan pupuk atau gabah.
Program BLM-PUAP
merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri disalurkan
melalui Gapoktan, peserta diharapkan dapat memaksimumkan produksi melalui
pengembangan usaha agribisnis, sehingga pendapatan meningkat dan pada akhirnya
diharapkan terjadi penurunan angka kemiskinan di pedesaan.
6. Sosial Budaya
Indonesia
merupakan negara agraris sehingga mata pencaharian utama masyarakatnya adalah
di bidang pertanian. Sama halnya dengan Masyarakat di Kabupaten Barito Kuala
yang mayoritas bekerja di bidang pertanian.
Utamanya
masyarakat pedesaan di Barito Kuala berprofesi sebagai petani, hal ini
dilakukan secara menurun dari generasi. Sehingga biasanya prosesi petani
merupakan turun temurun. Dalam melaksanakan pertanian, kebanyakan masyarakat
masih menggunakan pola-pola tradisional yang sederhana.
ANALISIS
PER WILAYAH
Wilayah/Region : Kalimantan
Provinsi :
Kalimantan Selatan
Kabupaten/Kota ; Kabupaten Barito Kuala
Kondisi
Geografis/Topografis
Kabupaten Barito Kuala merupakan salah satu kabupaten dari 13
kabupaten/kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis wilayah kabupaten
Barito Kuala
terletak pada 2029’50”
– 3030’18” Lintang Selatan dan 114020’50” – 114050’18”
Bujur Timur
Kabupaten Barito Kuala memiliki batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin
- Sebelah Selatan : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin
- Sebelah Barat : Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah
Jarak ibukota Kabupaten Barito Kuala dengan ibukota Propinsi Kalimantan
Selatan sejauh +/- 47 km. Jarak
Ibukota Kabupaten Barito Kuala dengan kecamatan lain di lihat pada Tabel.
Tabel
Jarak Ibukota Kabupaten dengan
Kota Kecamatan
Di Kabupaten Barito Kuala
No
|
Kecamatan
|
Ibukota Kecamatan
|
Jarak terhadap Ibu Kota (Km)
|
Kabupaten/Kota
|
|||
1
|
Tabunganen
|
Tabunganen
|
107
|
2
|
Tamban
|
Purwosari
|
95
|
3
|
Mekarsari
|
Tamban Raya
|
89
|
4
|
Anjir Pasar
|
Anjir Pasar
|
68
|
5
|
Anjir Muara
|
Anjir Muara
|
62
|
6
|
Alalak
|
Handil Bakti
|
40
|
7
|
Mandastana
|
Sei Puntik
|
39
|
8
|
Belawang
|
Belawang
|
43
|
9
|
Wanaraya
|
Sido Mulyo
|
61
|
10
|
Barambai
|
Barambai
|
14
|
11
|
Rantau Badauh
|
Sungai Gampa
|
13
|
12
|
Cerbon
|
Bantuil
|
5
|
13
|
Bakumpai
|
Lepasan
|
7
|
14
|
Marabahan
|
Marabahan Kota
|
0
|
15
|
Tabukan
|
Tabukan Raya
|
37
|
16
|
Kuripan
|
Rimbun Tulang
|
37
|
17
|
Jejangkit
|
Jejangkit Pasar
|
31
|
Sumber : Hasil olah data
Pola topografi
Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah yang berkelerengan datar
sampai landai (0% - 2%) dengan ketinggian lahan berkisar antara 1 – 3 meter
diatas permukaan laut.
Kabupaten barito kuala
pada umumnya merupakan daerah pasang surut dan berlahan rawa. Sebagai salah
satu alternatif dalam pembangunan lahan pertanian dan sumber pertumbuhan baru
yang harus digali potensinya, lahan pasang surut merupakan suatu peluang yang
menjanjikan. Porsi lahan rawa semakin penting dalam kedudukannya, tidak hanya
dalam menyangga produksi pangan nasional, namun juga dalam diversifikasi produksi
secara komprehensif pada strata ekosistem lahan rawa dan pasang surut. Potensi
lahan rawa semakin penting perannya dalam menunjang peningkatan produksi,
pendapatan, industri perdesaan dan terutama pengembangan wilayah.
Lahan utama penyusun
wilayah adalah hamparan rawa gambut (peat) yang terakumulasi dengan endapan
alluvial, yang selanjutnya membentuk delta besar dan dikenal sebagai Pulau
Petak. Dengan demikian lahan yang menyusun wilayah adalah lahan-lahan marginal
yang umumnya merupakan tanah sulfat masam, dengan pH di bawah angka 4. Pada
wilayah-wilayah yang masih memperoleh limpahan pasang surut air laut, tingkat
keasaman lahan dapat dinetaralisasikan sehingga tingkat kesuburan meningkat dan
memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi terhadap budi daya cocok tanam padi
serat tanaman pangan lainnya.
Kondisi geohidrologi,
akan terdiri dari :
1. Kondisi air permukaan
Kabupaten Barito Kuala
dialiri oleh beberapa sungai antara lain Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai
Alalak dan handil-handil. Kabupaten Barito Kuala termasuk dalam Daerah Aliran
Sungai (DAS) Barito yang sangat luas, karena itu daerah ini merupakan daerah
yang selalu tergenang sepanjang tahun serta pada beberapa wilayah selalu
terjadi banjir musiman setiap tahun, terutama pada musim hujan akibat dari
hujan yang turun dibagian hulu sungai.
2. Kondisi air tanah
Kondisi air tanah di
Kabupaten Barito Kuala terdapat di Kecamatan Marabahan, Kecamatan Barambai,
Kecamatan Wanaraya, Kecamatan Belawang, Kecamatan Rantau Badauh, Kecamatan
Mandastana, Kecamatan Anjir Pasar, Kecamatan Tabukan dan Kecamatan Bakumpai,
yang termasuk dalam rencana pemgembangan sumber air baku untuk air minum.
Sedangkan untuk
Cekungan Air Tanah (CAT) Kabupaten Barito Kuala termasuk dalam CAT Palangkaraya
– Banjarmasin.
3. Kondisi klimatologi
Wilayah Kabupaten
Barito Kuala termasuk daerah hujan TIPE B. menurut klasifikasi yang ditetapkan
"Schmit and Ferguson", yaitu daerah yang hanya memiliki 1 - 2 bulan
kering dalam setahun, dengan jumlah hari hujan 107 hari dan total curah hujan
2.665 mm per tahun. Memiliki temperatur harian rata-rata yang berfluktuasi dari
26° Celsius - 27° Celsius. Setiap tahun suhu minimal terjadi pada bulan Juli
(26,50° Celsius dan suhu maksimal berlangsung pada bulan Oktober (27,50°
Celsius).
Data curah hujan dan
hari hujan setiap bulan selama tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
Tabel
Curah Hujan dan
Hari Hujan Setiap Bulan Tahun 2010
Bulan Unsur
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Curah Hujan (mm)
|
349.188
|
237.538
|
376.138
|
499.45
|
263.163
|
201.7
|
187.173
|
147.375
|
222.263
|
308.8
|
191.175
|
298.663
|
Hari Hujan (mm)
|
17.88
|
12.125
|
14.88
|
14.125
|
10.125
|
10.38
|
10.125
|
10.75
|
12.625
|
13.5
|
11.75
|
15.125
|
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala Tahun 2010
Tingginya
curah hujan yang tercaji di Barito Kuala sangat mendukung sektor pertanian.
ANALISIS
Melihat
dari berbagai tahapan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat
diambil analisa sebagai berikut:
a.
Kabupaten Barito Kuala mempunyai potensi
di bidang pertanian yang besar, dilihat dari kondisi geografis dan topografis
wilayah yang mendukung sektor pertanian.
b.
Pengetahuan, keterampilan, modal dan
teknologi yang terbatas menyebabkan kegiatan usaha tani yang mereka jalankan
kurang efesien, sumberdaya tidak termanfaatkan secara optimal dan produktifitas
usahatani nya rendah. Para petani miskin umumnya tinggal di pedesaan, dengan
tingkat pengetahuan dan keterampilan yang sangat bersahaja, permodalan yang
sangat terbatas dan penguasaan teknologi yang sangat awam. Permasalahan
mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan,
pasar dan teknologi serta organisasi tani yang masih lemah. Umumnya karena
keterbatasan modal, petani tidak bisa bergerak leluasa untuk berkarya.
PENYUSUNAN
Untuk mengatasi dan menyelesaikan
permasalahan tersebut, pemerintah menetapkan program yang fokus pada
pembangunan pertanian pedesaan. Kabupaten Barito Kuala memiliki potensi
pertanian dengan produksi pertanian yang besar sehingga peluang untuk
mengembangkan kegiatan agribisnis juga besar.
Usaha
peningkatan peran sektor pertanian terus menerus dilaksanakan dengan program
antara lain :
ü Peningkatan
Ketahanan Pangan
ü Pengembangan
Agribisnis
ü Pengembangan
Kawasan Sentra Produksi Pertanian dan Agropolitan
Lebih spesifik maka dilakukan
strategi-strategi pengembangan untuk meningkatkan sektor pertanian di
KabupatenBarito Kuala, yaitu sebagai berikut
a. Rencana Pengembangan Ruang
Untuk mengembangkan
kawasan pedesaan menjadi suatu kawasan yang terpadu dan mandiri maka perlu
dilakukan strategi pengembangan ruang yaitu:
-
Penataan permukiman/relokasi permukiman
yang tidak memenuhi kelayakan hunian
-
Optimalisasi lahan
-
Pembangunan permukiman yang telah
direncanakan
-
Peningkatan dan pembangunan jaringan
jalan raya untuk menghubungkan antar kawasan sehingga mempermudah akses ekonomi
dan pertanian
-
Pembangunan prasarana dan sarana sosial
ekonomi yang dibutuhkan untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan
fungsinya.
Tabel
Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Barito Kuala
No
|
Fungsi kota
|
Nama
Kab/Kec/Kel
|
Fungsi
|
1
|
PKN
|
-
|
|
2
|
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
|
Kota Marabahan
|
a. Pusat pemerintahan kabupaten;
b. Pusat pengembangan perkantoran kabupaten;
c. Pusat pengembangan terminal penumpang tipe C;
d. Pusat pengembangan rumah sakit umum tipe B;
e. Pusat pengembangan perdagangan, perbankan, dan jasa
regional;
f. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi D3);
g. Pusat pengembangan permukiman perkotaan; dan
h. Kawasan pengembangan pariwisata sungai (water
front river).
|
3
|
Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL)
|
Perkotaan Alalak
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan perdagangan, perbankan, dan jasa
regional;
c. Pusat pengembangan perumahan dan fasilitas
penunjangnya;
d. Pusat pengembangan industri perkapalan laut;
e. Pusat pengembangan industri hasil pertanian;
f. Pusat pelayanan lintas kecamatan;
g. Pusat pengembangan rumah sakit umum tipe B;
h. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi);
i. Pusat pengembangan terminal penumpang tipe B;
j. Pusat pengembangan stasiun kereta api; dan
k. Kawasan pengembangan pariwisata alam dan wisata
kota.
|
Perkotaan Tamban
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan industri skala besar;
c. Pusat pengumpul komoditas hasil pertanian dan
perkebunan;
d. Pusat pengembangan perumahan dan fasilitas
penunjangnya;
e. Pusat pelayanan lintas kecamatan;
f. Pusat pengembangan rumah sakit umum tipe C;
g. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA); dan
h. Pusat pengembangan dermaga sungai.
|
||
4
|
PKLp
|
Perkotaan Tabunganen
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan komoditas hasil perikanan;
c. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal;
d. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
e. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA);
f. Pusat pengembangan dermaga sungai; dan
g. Pusat pengembangan pariwisata alam.
|
Perkotaan Anjir Pasar
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal;
c. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
d. Pusat pengembangan industri hasil pertanian; dan
e. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Perkotaan Tabukan
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal;
c. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
d. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
e. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
5
|
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
|
Perkotaan Kuripan
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
Perkotaan Bakumpai
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Perkotaan Wanaraya
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pelayanan lintas kecamatan;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian;
d. Pusat pengembangan industri hasil pertanian;
e. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal;
f. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
g. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA);
|
||
Perkotaan Barambai
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Perkotaan Rantau Badauh
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pelayanan lintas kecamatan;
c. Pusat pengumpul komoditas hasil pertanian dan
perkebunan;
d. Pusat pengembangan perdagangan dan jasa lokal;
e. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
f. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA); dan
g. Pusat pengembangan dermaga sungai.
|
||
Perkotaan Cerbon
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Perkotaan Jejangkit
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Perkotaan Mandastana
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Perkotaan Belawang
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian;
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA); dan
e. Pusat pengembangan dermaga sungai.
|
||
Anjir Muara
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian;
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA); dan
e. Pusat pengembangan pariwisata alam.
|
||
Perkotaan Mekarsari
|
a. Pusat pemerintahan kecamatan;
b. Pusat pengembangan permukiman dan fasilitas
penunjangnya;
c. Pusat pengembangan komoditas hasil pertanian; dan
d. Pusat pengembangan fasilitas pendidikan (TK, SD,
SLTP, SLTA).
|
||
Sumber :
RTRW Kabupaten Barito Kuala Tahun
2010 - 2030
b. Rencana Pengembangan Infrastruktur
Untuk mengembangkan
kawasan pedesaan berbasis pertanian, maka pengembangan infrasturktur yang
dilakukan yaitu;
-
Jalan Usaha Tani
-
Terminal
-
Sarana Kesehatan dan Pendidikan
-
Sarana fasilitas umum
-
Pasar
-
Sanitasi (sampah, air dan drainase)
Tabel
Rencana Pengembangan
Infrastruktur untuk Setiap Sub-Sektor Sanitasi
(sampah, air limbah dan
drainase) Kabupaten Barito Kuala
No
|
Sub sektor
|
Pengembangan
Infrastruktur Sanitasi
|
1
|
Air Limbah
|
·
Penanganan pembuangan air limbah
untuk masa yang akan datang di wilayah Kabupaten Barito Kuala diarahkan
menjadi sistem terpusat (off site)
dan sistem setempat (on site).
·
Daerah pelayanan sistem terpusat (off site) adalah kawasan yang relatif
padat di bagian perkotaan dan kawasan-kawasan pengembangan baru
·
Penanganan air limbah dengan
menggunakan sistem pengolahan setempat (on
site system), yaitu dengan mengembangkan penggunaan tangki septik yang
ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas dan kualitasnya.
Tangki septik tersebut sebaiknya dilengkapi dengan bidang resapan. Adanya
tangki septik ini diharapkan kotoran zat-zat organik setelah diendapakan
beberapa waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan mencemari lingkungan
dan dapat menghasilkan pupuk untuk tanaman
·
Penyediaan WC yang dilengkapi
dengan tangki septik ini tidak semua golongan masyarakat mampu menyediakannya
karena harus tersedia lahan yang cukup luas, maka dalam pengadaannya dibutuhkan bantuan
pemerintah daerah berupa penyediaan WC atau MCK umum
Implementasi
rencana tersebut perlu dilakukannya upaya :
1.
Penyuluhan kepada penduduk dalam peningkatan
kesadarannya akan pentingnya kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk
membuang kotorannya di sembarang tempat sebagai konsekuensinya penduduk diharapkan untuk membangun
sendiri sarana sanitasi ditempat tinggal masing-masing;
2.
Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk
membersihkan dan menguras lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh
3.
Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah
domestik, serta kuantitas dan kualitas badan-badan air yang ada.
Rencana penanganan air limbah di wilayah
Kabupaten Barito Kuala ditekankan pada kawasan permukiman perkotaan, dengan
sasaran:
1.
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pengelolaan air limbah;
2.
Menciptakan sistem pengelolaan air limbah yang
murah dan mudah diterapkan;
3.
Peningkatan jangkauan pelayanan pengolahan air
limbah, terutama pada daerah-daerah pusat kegiatan kota dan daerah permukiman
padat; dan
4.
Menerapkan sistem on site sanitation atau sistem perpipaan terpadu dan memanfaatkan
aliran air sungai sebagai pembuangan terakhir.
|
2
|
Drainase
|
Rencana pengembangan jaringan prasarana drainase
di wilayah Kabupaten Barito Kuala, berupa:
1.
Mengatur kembali sistem jaringan drainase yang berhirarki
dan terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas;
2.
Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran
pembuangan akhir, yaitu Sungai Barito, Sungai Kapuas, Sungai Negara, Anjir
Talaran, Anjir Serapat, Anjir Tamban dan handil-handil agar tidak terjadi
luapan akibat air sungai tidak dialirkan dengan cepat;
3.
Pengembangan kanal-kanal sebagai sistem jaringan
drainase primer (utama) selebar 3 meter yang dibangun sesuai dengan
topografinya dengan kapasitas yang dapat menampung limpasan air hujan dari
saluran sekunder dan tersier yang selanjutnya dialirkan ke sungai atau catchment area untuk mengisi air
tanah;
4.
Pengembangan sistem jaringan drainase sekunder
selebar 1,5 – 2 meter pada setiap sisi jalan yang dialirinya dan disesuaikan
dengan topografinya, sehingga tidak terjadi genangan di badan jalan pada saat
musim hujan, yang selanjutnya dialirkan ke saluran primer atau disalurkan ke
pembuangan akhir. Saluran ini merupakan saluran lanjutan dari saluran
tertier, yang kuantitasnya merupakan jumlah kuantitas dari saluran-saluran
yang kecil;
5.
Pembuatan sistem saluran drainase tersier selebar
0,5 – 1 meter yang pengembangannya saling terintegrasi dan terpadu dengan
sistem jaringan drainase wilayahnya, terutama di wilayah permukiman yang
belum ada jaringan drainasenya dan di wilayah permukiman baru. Saluran ini
terdapat pada jalan-jalan kecil, yang menyalurkan air hujan menuju saluran
yang lebih besar.
Sedangkan langkah-langkah penanganan dalam
pengembangan sistem drainase adalah mencakup program-program sebagai berikut:
1.
Normalisasi atau perbaikan sistem drainase yang
ada agar dapat berfungsi sebagai mana mestinya, untuk mengurangi
daerah-daerah genangan;
2.
Penambahan atau pembangunan saluran drainase,
terutama untuk daerah yang berada di pusat konsentrasi, melalui sistem
drainase yang dikembangkan secara terpadu antara drainase alam dengan
drainase buatan;
3.
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat terutama
yang berada disekitar daerah aliran sungai agar turut berpartisipasi dalam
upaya memelihara saluran drainase yang ada agar dapat selalu berfungsi
sebagaimana mestinya.
Untuk implementasi rencana program tersebut
diatas, perlu dibuat suatu prioritas penanganan dalam satu sistem, sehingga
dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas dan terpadu, yang tahapan
sebagai berikut:
Tahap I
: Memperbaiki saluran
drainase dengan cara normalisasi atau pelapisan saluran drainase dipinggir
sepanjang jalan yang ada dan nantinya bisa diteruskan hingga mencapai saluran
drainase utama atau sungai sebagai saluran pembuangan akhir;
Tahap II : Perbaikan saluran drainase pada pusat
konsentrasi yang biasa penduduknya padat dan tempat-tempat yang besar
frekuensi lalu lintas seperti pusat pemerintahan, pasar (pusat kegiatan
perekonomian) dan sebagainya;
Tahap III : Pembuatan
saluran drainase baru yang terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan
pusat, terutama pada daerah-daerah yang belum terlayani oleh saluran
drainase.
|
3
|
Sampah
|
Rencana pengembangan pengelolaan sampah di
wilayah Kabupaten Barito Kuala dilakukan dengan mekanisme:
1.
Pewadahan sampah
Sampah yang
berasal dari sumber sampah dilakukan pewadahan dengan menggunakan bak-bak
sampah yang tersedia pada tiap-tiap rumahpenduduk.
2.
Pengumpulan sampah
Sistem
pengumpulan sampah dengan menggunakan jasa petugas yang nantinya
sampah-sampah tersebut akan dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sistem
pengumpulan dapat dilaksanakan, dengan cara:
a.
Pola Individual (door
to door), yaitu:
v
Pengumpulan sampah dari rumah dengan alat angkut
jarak pendek (misalnya: gerobak sampah) untuk diangkut ke stasiun transfer
terdekat; dan
v
Pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan truk
untuk dibawa ke TPA.
b. Pola Komunal
v
Pengumpulan sampah dari beberapa rumah yang
dilakukan pada suatu titik pengumpul; dan
v
Pengumpulan sampah untuk beberapa lokasi pada satu
titik pengumpulan. Pola komunal ini dirasakan sangat tepat untuk daerah
permukiman yang berpenghasilan menengah kebawah atau pada daerah permukiman
yang tidak teratur dimana kondisi jalannya tidak dapat dilalui oleh alat
pengumpul sampah (truk atau gerobak sampah).
c.
Pemindahan sampah
Tahap pemindahan merupakan tahap
antara yang dapat mengurangi ketergantungan antara tahap pengumpulan dengan
tahap pengangkutan dengan tujuan meningkatkan efisiensi masing-masing.
1) Stasiun Transfer I
Tempat pertemuan peralatan pengumpulan
(gerobak) dengan peralatan pengangkutan, dan dapat merupakan tempat
penyimpanan alat kebersihan, bengkel sederhana, dan kantor
wilayah/pengendalian, luas: 200 m2.
2) Stasiun Transfer II
Tempat pertemuan peralatan pengumpulan
gerobak dan peralatan pengangkutan, karena sulit didapatnya lahan untuk
stasiun transfer tipe I, maka hanya merupakan tempat parkir gerobak-gerobak
saja, luas 50-100 m2.
3) Stasiun Transfer III
Tempat pertemuan gerobak dengan container besar (6-10 m3)
atau lokasi penempatan container
komunal (1-10 m3). Luas 2-10 m2.
d. Pengangkutan sampah
Dari stasiun Transfer sampah diangkut
ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), dengan:
1) Peralatan yang digunakan untuk
mengankut sampah adalah Truk terbuka, Dump
Truck, Arm Roll Truck, dan Compaction
Truck;
2) Pemilihan jenis Truk ditentukan oleh
kondisi jalan daerah operasi, jarak tempuh, karakteristik sampah, tingkat
persyaratan sanitasi yang dibutuhkan, daya dukung pemeliharaan dan
sebagainya; dan
3) Daerah pelayanan tetap dan dilayani
oleh peralatan angkutan yang tepat dan dalam kondisi bagus.
e. Pengolahan sampah
Sebelum sampah diangkut ke TPA
dilakukan terlebih dahulu pengolahan sampah dengan menggunakan alat-alat Incinerator, Recycling (daur ulang), Composting, Balling. Pengolahan sampah
dimaksudkan agar pada saat sampah sampai di TPA tidak terdapat sampah yang
berbahaya bagi lingkungan.
|
c. Rencana Pengembangan Usaha
Rencana
pengembangan usaha guna mendukung kegiatan pertanian yaitu;
-
Pengembangan komoditas unggulan sesuai dengan
keunggulan komparatif/potensi yang dimiliki
-
Penyusunan model-model agribisnis plan
dengan mempertimbangkan kemampuan petani
-
Kerjasama/kemitraan dengan investor
untuk pengembangan komoditas yang memerlukan investasi tinggi
-
Menyusun informasi Bisnis
-
Pembentukan suatu wadah organisasi
petani yang kuat dan mengarah kepada organisasi/bisnis bersama yang dapat
mengelola, merencenakan dan mengorganisir kegiatan on farm hingga off farm
d. Rencana Pengembangan Masyarakat
Dalam
rencana pengembangan masyarakat dibagi menjadi:
-
Pengembangan dan pemberdayaan masalah
ekonomi
Ø Penyuluhan
dan pelatihan penanganan padi masa pasca panen
Ø Penyuluhan
dan pelatihan manajemen pengelolaan padi
Ø Pembentukan
koperasi
Ø Penguatan
kelembagaan yang ada seperti lembaga keuangan mikro
Ø Pembentukan
kelompok tani usaha jeruk dan padi per SKP
-
Peningkatan Sosial Budaya
Ø Pembinaan
dan Penyuluhan serta peningkatan pendidikan bagi keluarga dengan tingkat
pendidikan rendah.
Ø Membentuk
kelompok Belajar Paket A, B dan C
Ø Melakukan
penyuluhan dan pembinaan keluarga berencana menuju keluarga yang harmonis dan
sejahtera
Ø Pelayanan
kesehatan dengan menyiapkan sarana dan prasarananya seperti : pembangunan
Puskesmas , Balai Pengobatan , pengadaan tenaga medis dan obat-obatan.
Ø Pembinaan
generasi muda dan penyuluhan bagi wanita untuk menunjang pembangunan di
Kabupaten Barito Kuala, melalui pembentukan Karang Taruna , penyuluhan
keterampilan bagi wanita serta pengadaan sarana dan prasarana pendukung seperti
keterampilan menjahit serta pengadaan mesin jahit.
-
Pengembangan Mental Spiritual
-
Pengembangan kelembagaan masyarakat desa
Ø Pembentukan
kelompok-kelompok usaha per Satuan Kawasan Permukiman.
Ø Pembentukan
Koperasi untuk menunjang kegiatan masyarakat.
-
Pembinaan dalam meningkatkan keamanan
dalam masyarakat
Demikian
strategi-strategi yang dicanangkan guna meningkatan sektor pertanian di
Kabupaten Barito Kuala. Diharapkan dengan terjadinya peningkatan sektor
pertanian dapat mendongkrak tingkat pendapatan masyarakat sehingga dapat
mengurangi masalah kemiskinan yang terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar